Aku mempercepat langkahku ke tangga, di dekat tangga akupun berpapasan lagi dengan pegawai kostku yang lain, si Putra yang masih berusia SMA, sekitar enambelas tahun, orangnya agak culun, berambut. cepak dan kerempeng, dia sering bertugas membelikan barang pesanan dan mengantar makanan untuk kami, para penghuni disini. Eh…Neng, baru pulang yah.. sapanya sambil cengengesan. Aku hanya menjawab iya saja lalu menaiki tangga, instingku mengatakan kalau dia berusaha mengintip rokku yang mini ketika aku naik, sempat terlihat sekilas olehku ketika sampai di lantai dua dan membelok.
Kumainkan lidahku mengimbangi lidahnya yang menari-nari di mulutku. Ketika asyik berciuman dengan Yeyen setidaknya ada dua jari yang bermain di vaginaku, aku tidak tahu siapa itu karena aku biasa memejamkan mata kalau berciuman agar lebih menghayati. selain itu tangan yang menggerayangiku ada empat pasang sehingga tidak sempat mengenalinya satu-satu. Lama juga Yeyen menciumiku, itu dia lakukan sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, hampir lima menit kira-kira, begitu mulutnya lepas aku akhirnya lega bisa kembali menghirup udara segar walau dengan nafas sudah memburu. Ketika kubuka mata, kulihat di sebelah kananku teman Yeyen yang matanya besar itu sedang mengenyoti payudaraku dengan rakusnya, dia sudah membuka pakaiannya, aku melihat penisnya yang sudah tegang itu menggantung di selangkangannya, Bentuknya panjang dengan kepalanya disunat. Iihhh… geli sekaligus terangsang membayangkan aku harus mengulum dan dimasuki benda itu. Si Putra sedang menjilat dan meraba tubuh bagian sampingku (sekitar perut, paha, dan dada), dia juga masih memakai kaos oblongnya tapi celananya sudah dibuka, penisnya yang juga bersunat lumayan juga untuk seumuran dia.
Ow, ternyata si gondrong sudah keluar, kulepas sejenak penis Yeyen dari mulutku, semprotan berikutnya makin membasahi wajahku begitu aku menengok menghadap todongan benda itu. Uhh…isepin yah Neng.. lenguhnya seraya menjejali mulutku dengan penisnya. Dalam mulutku penis itu masih menyemburkan isinya dan itu kuhisapi tanpa memikirkan rasa jijik lagi walaupun baunya yang agak menyengat, mungkin karena saking terangsangnya sampai tidak sadar aku jadi seliar itu. Sampai sejauh ini ponselku yang kutaruh di meja sana sudah berdering sekali dan dua SMS sudah masuk, kubiarkan saja karena tanggung. Aku dapat merasakan penis si gondrong menyusut dalam mulutku dan pemiliknya terengah-engah. “Yee, payah lu, belum nojos udah ngecrot ledek Yeyen pada temannya. Enak pisan sih anjrit, sampe ga tahan !” balas si gondrong Sekarang si mata besar mengajak ganti posisi, mereka lalu membalikkan tubuhku hingga telungkup. Akhirnya ganti posisi juga pikirku, aku sudah gerah daritadi berbaring telentang sambil dikerjai mereka, punggungku panas sekali rasanya dan benar saja keringatku sudah membasahi sprei dibawahku tadi. Perutku diangkat dari belakang hingga posisiku seperti merangkak. Kutengokkan kepalaku ke belakang dan kulihat si mata besar kembali memasukkan penisnya ke vaginaku. Tusukan-tusukan kembali kurasakan, kali ini lebih cepat dan dalam.
“Bentar yah, mau cuci muka dulu” kataku sambil bangkit dan melangkahkan kakiku dengan gontai ke kamar mandi. Di sana aku mencuci mukaku dari cipratan sperma agar aroma yang menyengat itu hilang. Keluar dari kamar mandi, kembali aku duduk di kasur dikelilingi mereka. Sudah tanggung untuk dihentikan, jadi kuikuti saja deh permainan mereka. Kali ini si Putra yang masih hijau itu minta diajari cipokan. Boleh yah Neng, soalnya saya pengen ngerasain dicium cewek itu kayak apa sih, apalagi cewek cakep kaya Neng” pintanya, mukaku memerah karena malu dan juga tersanjung akan pujiannya. Cium-cium-cium..teman-temannya yang lain menyorakinya Sssttt.. jangan keras-keras dong, ada yang tau gimana kataku memperingatkan sehingga mereka mengurangi volumenya.Aku memejamkan mataku seperti kebiasaanku berciuman menunggu Putra menciumku, pertama-tama aku merasa bahuku dipegang lalu menempellah bibirnya dengan bibirku. Teknik ciumannya benar-benar amatiran, kaku dan membosankansekali, Sehingga aku yang berinisiatif memainkan lidahku baru dia mulai bisa membalasnya, aku melingkarkan tangan memeluknya dan percumbuan kami makin panas. Selama percumbuan itu juga aku merasakan tangan-tangan lain berkeliaran di sekujur tubuhku, mengelusi punggung, paha, payudara, dll.
Hindari Covid19 Dengan Bermain Game dirumah aja. !!!